Kisah Mistis Pria Berkemeja Ikuti Pengendara di Cipularang

0

JagaBanten-Kisah mistis di tol Cipularang tak ada habisnya. Baru-baru ini akun @ BriiStory menceritakan pengalaman mistisnya di wilayah tersebut.

Ia mengaku pernah diikuti pria tak kasat mata di dalam mobilnya sepanjang perjalanan dari Tol Pasteur sampai Purwakarta.

Dalam threadnya ia mengatakan kisah ini berawal pada tahun 2006, ketika ia masih kuliah di Bandung.

Saat itu ia memutuskan untuk pulang kerumahnya di Cilegon, Banten karena kebetulan ada libur kuliah yang agak panjang.

https://twitter.com/BriiStory/status/1167084441648283648

Ia mengendarai mobil sendirian nyaris tengah malam. Ia sangat ingat kalau waktu itu malam jumat dan menyempatkan untuk mendengarkan acara horor di radio Ardan “Nightmare Side”.

“Mendengarkan ardan nightmare selama perjalanan dari Cibiru menuju Bandung. Gw memang suka acara itu sejak awal kuliah, makanya selalu menyempatkan diri untuk mendengarkan, di mana aja. Saat itu itu gw dengarnya di mobil, sendirian,”.

https://twitter.com/BriiStory/status/1167084450779238400

Ia nekat dengar padahal tagline-nya “Jangan pernah mendengarkan acara ini sendirian..”. Nah waktu itu salah satu bagian ceritanya mengisahkan tentang kejadian seram di jalan Tol Cipularang.

Ada seseorang yang mengendarai mobil sendiran di jalan tol, malam hari. Di perjalanan, setelah exit Padalarang, dia merasakan kalau sepertinya dia gak sedang benar-benar sendirian.

Berawal dari perasaannya yang mulai gak enak, lalu tiba-tiba ada bau busuk yang menyengat. Hingga puncaknya, ketika dia akhirnya benar-benar sadar kalau ternyata gak sendirian.

Melalui kaca spion, dia melihat ternyata ada sosok yang sedang duduk di kursi belakang. Diceritakan kalau orang itu jadi sangat ketakutan, sementara sosok di kursi belakang terus saja duduk sampai dia keluar tol di Purwakarta. Selesai..

“Sialan, serem amat nih cerita. Mana gw mau lewat Cipularang bentar lagi.” Begitu pikir gw dalam hati.”

https://twitter.com/BriiStory/status/1167084450779238400

Benar saja, ketika nyaris jam dua belas akhirnya ia masuk Cipularang melalui Pasteur. Kondisi badannya memang sudah lelah akibat seharian beraktifitas, sedikit kantuk mulai menyerang.

Kendaraan pun ia pacu dalam kecepatan sedang, padahal jalanan terbilang kosong alias sepi. Hanya beberapa bis malam yang sesekali terlihat.

Singkat cerita, akhirnya ia sampai di gerbang tol sesudah Padalarang yang sekarang telah dibongkar.

Pada saat itu, lampu jalan yang letaknya di batas tengah jalan masih hanya terlihat di sebagian jalan tol saja, belum sepanjang jalan. Selebihnya penerangan hanya dibantu oleh lampu kendaraan.

Karena itulah jalanan menjadi gelap gulita, ditambah dengan sedikitnya kendaraan yang melintas, benar-benar sepi juga.

“Masih terbayang cerita seram di radio yang menceritakan tentang penumpang gelap di tol ini, gak bisa dipungkiri kalau hal itu membuat gw jadi agak ketakutan juga, mana malam jumat pula,”

https://twitter.com/BriiStory/status/1167084450779238400

Kaca spion bagian dalam ia arahkan ke atas, supaya keadaan di kursi belakang jadi tidak terlihat. Untuk meminimalisir keparnoannya yang kadarnya mulai meningkat.

Deru mesin menjadi satu-satunya suara yang terdengar, selebihnya hanya suara kendaraan lain yang melaju lebih cepat ketika mendahului di sebelah kanan.

Memasuki kilometer 90, ia mulai merasakan ngantuk, lalu berniat untuk berhenti di rest area km. 88 untuk beristirahat dan emmesan segelas kopi di ibu-ibu penjual kopi.

“Bu, kopi item satu ya. Saya mau ke toilet dulu.” Katanya.

Setelah selesai memenuhi panggilan alam, ia pun kembali ke warung dan duduk di kursi depannya.

Langit yang mulai kelihatan mendung, udara terasa gerah pertanda akan turun hujan. “Hujan, satu situasi yang kalau boleh akan gw tolak dalam perjalanan ini, sendirian, tengah malam jumat, hujan pula, sempurna.” Pikirnya.

Namun ditengah lamunannya, ia dikejutkan dengan pertanyaan si ibu penjual kopi.

“Cep, itu temennya gak disuruh turun? Kasian sendirian di dalam mobil.”

Ia pun kaget. “Teman? Teman siapa? Gw kan sendirian,” ucapnya dalam hati .

“Teman yang mana Bu? Orang saya sendirian kok.” Jawabnya sambil memperhatikan mobil yang tidak terlalu jauh darinya.

“Ah masa, tadi saya liat ada yang duduk di kursi depan.” Ibu itu tetap dengan pendiriannya.

“Ibu salah liat, saya benar-benar sendiran Bu.”

“Oh gitu..” Jawab si Ibu dengan wajah yang kelihatan masih penasaran.

Namun percakapan ini tak ingin membuatnya kepikiran. “Ah semoga Ibu ini salah lihat.” Gumamnya dalam hati.

Sekitar 30 menit kemudian, gerimis kecil mulai turun, kekhawatirannya akhirnya terjadi juga. Sebelum hujan semakin besar, ia pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan..

Hujan semakin besar dan deras, membuatnya harus semakin hati-hati dan memperlambat laju kendaraan.

Penglihatan yang makin terbatas membuatnya harus terus fokus dan konsentrasi memperhatikan jalan. Posisi duduk menjadi maju, mendekatkan wajah ke kaca depan, supaya dapat memandang lebih jelas lagi.

Cukup lama berposisi duduk seperti itu, membuatnya kurang memperhatikan keadaan dan suasana di dalam mobil. “Iya, keadaan dan situasi di dalam mobil yang sedang gw tumpangi, sendirian..,” katanya.

https://twitter.com/BriiStory/status/1167084450779238400

Terlalu fokus dan konsentrasi memperhatikan jalan dengan posisi duduk yang maju, akhirnya membuat punggung dan pinggangnya jadi pegal.

Itulah membuatnya mengubah posisi duduk jadi seperti semula, mundur dan bersandar. Pada saat itulah ia tersadar, kalau ternyata sudah tak sendirian lagi.

Jantung pun serasa berhenti berdetak, napas menjadi hirupan-hirupan pendek, ia kaget dan terpana ketika dari sudut mata melihat ada sosok yang sedang duduk di kursi depan, duduk persis di sebelahnya.

“Belum berani melihatnya secara langsung, pandangan tetap melihat ke depan memperhatikan jalan. Namun sosok itu sangat jelas terlihat dari sudut mata, benar-benar ada,”.

https://twitter.com/BriiStory/status/1167084450779238400

Sosok laki-laki disebelahnya tersebut berambut hitam, tubuhnya agak berisi, berkemeja putih lengan pendek. Dia hanya duduk diam menghadap ke depan.

Kilatan lampu kendaraan yang berlawanan arah memperjelas penampakan sosok laki-laki itu, tapi ia masih belum berani menoleh ke kiri untuk melihatnya secara langsung.

Di sela-sela suara hujan dan deru mesin kendaraan, tiba-tiba ada suara yang terdengar sayup tetapi nyata. Suara desah nafas yang terdengar satu-satu, tapi dengan tarikan yang panjang.

Ia pun semakin ketakutan, tapi tak bisa berbuat apa-apa selain memacu kendaraan untuk terus berjalan. Berhenti di bahu jalan bukan pilihan, karena kondisinya hujan lebat dan jalanan sangat sepi.

Secara perlahan ia pun mulai menolehkan wajah ke kiri, ingin melihat sosok itu. Detik berikutnya, akhirnya ia benar-benar melihatnya langsung.

Dia berpakaian kemeja putih berlengan pendek, dengan dua saku bertutup di bagian dada. Laki-laki berkulit putih bersih, wajahnya pucat pasi layaknya orang yang sudah mati.

Tapi bukan itu yang membuatnya berhenti untuk terus memandangnya. Posisi duduk dia bersandar namun tegak, dengan tatapan yang terus ke depan.

Wajah yang dari awal datar tanpa ekspresi, tiba-tiba perlahan mulai tersenyum, namun tetap memandang ke depan. Senyumnya semakin lebar dengan tatapan mata yang tajam.

Ia yang semakin ketakutan, langsung merubah posisi duduk, jadi kembali maju dan memandang ke jalan.

“Cukup lama kami berposisi seperti itu, duduk diam, hanya desah napas yang terdengar sesekali. Sungguh itu adalah tiga puluh menit terpanjang dalam hidup,”

https://twitter.com/BriiStory/status/1167084450779238400

Hingga akhirnya ia sampai di exit tol Purwakarta. Tanpa pikir panjang, ia memutuskan keluar tol. Sosok itu pun masih setia menemaninya.

Saat sampai gerbang tol, ia pun meminta ijin untuk istirahat didepan kantor petugas tol.

“Mas, saya boleh parkir di situ untuk istirahat sebentar?”

Setelah pembayaran, ternyata sosok laki-laki itu sudah menghilang. Kursi sebelah kembali kosong seperti semula.

Ia pun parkir sebentar menghilangkan rasa shock tersebut dan duduk disebelah bapak-bapak. “Ada apa dek? Kok kayak orang ketakutan?” Tanya bapak itu penasaran,

Ia pun menceritakan kisahnya tadi. “Tadi di jalan tol ada yang ikut di mobil Pak, padahal saya sendirian,” jawabnya dengan napas masih tersengal-sengal.

“Kilometer 80-an ya? Ah sudah biasa itu mah, hehe. Ya sudah, istirahat dulu di sini. Tenang, kalo di sini sudah aman.” Begitu kata bapak itu menjelaskan.

Sudah biasa katanya. Padahal Brii terlihat sangat takut dan shock abis.

Brii pun ngobrol dengan Bapak itu dan petugas tol lainnya yang sedang piket. Dari obrolan tersebut ternyata pengalaman ini sudah banyak yang mengalaminya.

Kisah ini pun diharapkan tidak membuat anda takut. Karena sesungguhnya makhluk tersebut hanya bisa menyerupai manusia tanpa bisa menyentuhnya.

Jika anda melihat makhluk tak kasat mata tersebut, segeralah berdoa, perbanyak baca ayat kursi dan mendekat kepada Allah SWT.

Wallahualam.(DHE)

Loading...