Komitmen dalam Pemberantasan TB, Rumah Sakit An-Nisa Tangerang Dikunjungi WHO
Tangerang, Jagadbanten.id – Rumah Sakit An-Nisa Tangerang mendapat kunjungan tim World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia, Rabu 10 Agustus 2022.
Kunjungan tersebut karena rumah sakit yang berada di Jalan Gatot Subroto Cibodas Kota Tangerang itu terus berkomitmen dalam pemberantasan penyakit Tuberkulosis (TB) di Tangerang.
Kunjungan itu sekaligus meninjau implementasi penangangan penyakit Tuberkulosis dan memvalidasi kesesuaian data terhadap sistem yang dilaporkan. Selanjutnya untuk mengetahui perkembangan implementasi layanan TB di Tangerang.
Selain dari WHO kunjungan juga diikuti dari Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Dinas Kesehatan Kota Tangerang, dan Kominfo Kota Tangerang. Di antaranya tim peninjau WHO dr. Shibu Balakrishnan dan Dr. dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid, serta Nurul Badriyah, SKM, dari Kementerian Kesehatan.
I Wayan Gede Artawan Eka Putra mengatakan, bahwa penyakit TB menjadi masalah serius di Indonesia. Penularannya tidak hanya kalangan tertentu tapi semua bisa kena resiko.”Indonesia peringkat ketiga setelah Cina dan India,” katanya kepada media saat di Rumah Sakit An-Nisa Tangerang.
Ia mengapresiasi untuk Rumah Sakit An-Nisa Tangerang karena penanganan penyakit TB telah melibatkan semua layanan yang ada di rumah sakit ini. Seperti dengan layanan bedah, poli mata, poli syaraf, poli gigi, poli paru, dan layanan lainnya. Lewat jejaring internal ini bisa mendekteksi penyakit TB.
Ia mengatakan, Rumah Sakit An-Nisa Tangerang dengan memiliki layanan yang baik soal TB maka rumah sakit ini bisa menjadi rujukan penyakit tersebut. Karena di sini layananannya ke semua sektor.
Sementara itu, sejumlah peserta dan tim WHO melakukan wawancara dalam sesi Focus Group Discussion terkait dengan layanan TB yang berjalan bersama management Rumah Sakit An-Nisa Tangerang juga team TB DOTS.
Dalam sesi tersebut dr. Shibu Balakrhisnan selaku Reviewer WHO External memberikan beragam tanggapan positif. Salah satunya menyebut fasilitas dan aktivitas di Rumah Sakit An-Nisa Tangerang telah terorganisasi dengan sangat baik.
Terbukti dengan komitmen terhadap pengelolaan laporan SITT-nya dan keinginannya dalam mengetahui dan mempelajari lebih dalam bagaimana rumah sakit ini menjalankan program pemberantasan TB dengan baik.
Ada dua rumah sakit di Tangerang yang terpilih sebagai Fasyankes yang representatif terhadap layanan TB, yaitu Rumah Sakit Sitanala dan Rumah Sakit An-Nisa Tangerang. Kedatangan tim WHO dan Kemenkes sebagai keseriusan pemerintah Indonesia dalam menangani kasus TB.
“Kami antusias berdiskusi untuk belajar bagaimana Rumah Sakit An-Nisa Tangerang yang sangat bagus sekali, harapan kami kedepannya dapat dibuat kebijakan agar dapat diimplementasikan di tiap tiap Fasyankes,” kata Nurul Badriyah, dari Kemenkes.
Ketua TB DOTS Rumah Sakit An-Nisa Tangerang dr. Prasetyo Hariadi, Sp.P memamparkan hasil kerja tim TB DOTS bahwa di tahun 2019 Rumah Sakit An-Nisa berhasil mendapatkan penghargaan sebagai rumah sakit dengan pengelolaan laporan SITT ( Sistem Informasi TB Terpadu) Terbaik Tingkat FKRTL, dan 2020 – 2022 kembali mendapatkan penghargaan sebagai kategori rumah sakit terbaik dalam penanganan TB tingkat Kota Tangerang, yakni berhasil mengidentifikasi lebih dari 3000 kasus TB, baik pada penanganan TB dewasa dan anak.
“Identifikasi itu merupakan bagian dari komitmen rumah sakit dalam penanganan kasus TB dengan tujuan akhir pasien dapat sembuh atau dalam lingkup nasional Indonesia bebas TB tahun 2030,” terangnya.
Upaya lainnya yang dilakukan rumah sakit dalam komitmennya memberantas TB adalah dengan rutin melakukan sosialisasi dan edukasi melalui kanal media sosial maupun melalui jejaring komunikasi terhadap komunitas dan Fasyankes setempat dengan terus memberikan informasi pencegahan dini TB yang signifikan, juga dengan cara berkolaborasi dengan masyarakat setempat.
Koordinator TB Lintas Sektoral Rumah Sakit An-Nisa Tangerang dr. Adrian menambahkan bahwa rumah sakit ini punya catatan yang baik soal TB. Ini karena dengan jejaring internal. Sehingga mendapatkan pasien tak hanya dari satu fasilitas layanan.”Agar pasien tercatat maksimal maka kita kuatkan jejaring,” ujarnya.***