Stereotip Kampus Kuliah Usia Tua, UT Justru Diminati Kalangan Milenial dan Gen Z
JAGADBANTEN.ID – Para orang tua yang hendak melanjutkan anaknya ke jenjang perguruan tinggi mulai dihadapi kerepotan.
Kerepotan mereka karena harus mencari kampus pilihan sang anak dan selanjutnya masalah pembiayaan kuliah.
Sementara itu, lembaga-lembaga bimbingan belajar sudah masuk ke sekolah-sekolah setingkat SMA menawarkan program belajar siswa untuk masuk perguruan tinggi negeri (PTN) favorit.
Lembaga tersebut sejak awal sudah menyasar para siswa kelas 1 SMA atau kelas 10. Sedangkan untuk kelas 2 SMA atau kelas 11 dan kelas 3 SMA atau kelas 12 lembaga lebih gencar menyasar dan mempromosikannya.
Tak mau kalah dengan lembaga bimbingan belajar maka kampus-kampus swasta juga turut mempromosikan keunggulannya bila berkuliah di tempatnya kepada para siswa.
Gencarnya berbagai promosi untuk kuliah di PTN oleh lembaga bimbingan belajar dan kampus-kampus swasta itu secara masif justru tidak terlihat dengan Universitas Terbuka (UT).
Padahal UT merupakan kampus negeri yang ke-45. UT juga merupakan kampus yang sudah berstatus Perguruan Tinggi Negeri-Badan Hukum (PTN-BH) sejak 2022. Sebaliknya Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang merupakan kampus induknya atau yang melahirkan UT status BH-nya baru tahun 2024.
UT pun memiliki banyak fakultas dengan berbagai program studi. Kelebihan kuliah di UT bisa dilakukan secara online. Mahasiswa tak perlu datang ke kampus. Sehingga mereka yang memiliki aktivitas lain tidak terganggu.
Kendati diberikan kemudahan belajar dengan sistem pendidikan jarak jauh (PJJ) itu masyarakat masih awam dengan UT. Padahal UT hadir di setiap daerah di Indonesia dan memiliki kantor pusat megah di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, namun stereotip masyarakat mengenai UT hanya untuk kuliah para guru, karyawan, dan mereka yang sudah berusia tua.
Melansir dari ut.ac.id bahwa 80 persen mahasiswa UT berasal dari kalangan milenial dan Gen Z. Mayoritas berusia di bawah 29 tahun.
Generasi muda ini membuktikan bahwa kuliah sambil kerja di UT adalah solusi cerdas dalam mempersiapkan masa depan yang lebih cerah.
Fakta yang membanggakan sebanyak 75 persen mahasiswa UT sudah bekerja. Ini menunjukan bahwa fleksibilitas pendidikan di UT mampu menjawab kebutuhan para profesional muda dan industri global saat ini.
Selain itu, sekitar 25 persen mahasiswa UT bekerja di berbagai sektor swasta. Karena itu UT merupakan pilihan ideal bagi mereka yang ingin meningkatkan karir tanpa harus meninggalkan pekerjaaan.
Wisudawan terbaik Program Diploma 3 Perpajakan UT dengan IPK 3,9 Saiful Anam memberikan testimoni tentang fleksibilitas dan kualitas pendidikan di UT.
“UT sudah terkenal di seluruh dunia dan telah memiliki keunggulan dalam mutu pendidikan, biaya terjangkau, waktu kuliah fleksibel, kemudahan akses belajar, dan telah menggunakan teknologi informasi kekinian. “Semoga UT terus konsisten sebagai universitas kerakyatan yang membanggakan,” ungkapnya.
Rektor UT, Prof. Ojat Darojat, M.Bus., Ph.D., menyampaikan data Badan Kepegawaian Negara (BKN) yang menunjukkan bahwa UT menduduki peringkat pertama perguruan tinggi dengan jumlah alumni terbanyak lolos seleksi CPNS tahun 2019.
Dari 138.791 peserta CPNS yang lolos, 9.436 di antaranya adalah alumni UT, melampaui UGM dan UPI. “Angka ini membuktikan bahwa lulusan UT memiliki kompetensi dan daya saing setara dengan lulusan perguruan tinggi ternama di Indonesia,” tegas Prof. Ojat.
Kesimpulan bahwa stereotip UT hanya kuliah untuk para guru, karyawan, dan mereka yang sudah berusia tua terbantahkan dengan banyaknya kalangan milenial dan Gen Z kuliah di kampus tersebut.
Bahkan UT menjawabnya dengan prestasi-prestasi alumninya yang banyak diterima bekerja di perbankan, BUMN maupun industri global.
Bagi UT dengan fleksibilitas pendidikan tidak mengorbankan kualitas. Justru adanya inovasi dan kolaborasi untuk mencetak generasi muda yang profesional, adaptif, dan siap menghadapi tantangan global.
Sumber : https://www.ut.ac.id/artikel/2024/12/75-mahasiswa-ut-sudah-bekerja-sebelum-lulus-kuliah-fleksibel-sukses-di-depan-mata/